By: Matias Ibo
Seorang fisioterapis di sebuah tim sepakbola sepertinya
sering disimpulkan banyak orang sebagai pula tukang pijat alias masseur.
Ini anggapan yang salah kaprah. Jadi, apa itu fisioterapis?
Bayangkan tiga percakapan nyata berikut ini:
(1) "Kena lagi nih hamstring-ku, gimana ya cara ngatasin-nya? Hmm, diurut saja deh!"
(2) Ada seorang atlet yang datang beberapa waktu lalu pada saya dan bertanya:
"Cak Mat, ini pergelangan tangan saya agak bengkok. Kira-kira
diluruskan lagi bagaimana caranya, ya?" Dengan penuh perhatian saya
memperhatikan tangannya, lalu berkata, "Mate, tangan ini kamu apain
waktu patah?"
"Saya bawa ke tukang urut, Bos!" jawabnya polos.
(3) "Bang Mat, engkelku keseleo. Pijetin dong!"
(Salam hati saya berujar, "Susah-susah kuliah selama 6 tahun, tetap saja dipanggil tukang pijat.")
Bagi yang awam terhadap dunia per-cedera-an, terutama di olahraga,
ketiga percakapan di atas tentu terdengar biasa saja. Memangnya apa yang
salah dengan memijat pergelangan yang keseleo? Praktik yang lumrah
dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Demikian pula dengan
menyamaratakan fisioterapi dengan tukang pijat. Suatu kewajaran yang
acap dilakukan.
Tapi apa sebenarnya fisioterapis itu? Benarkah ia sama dengan seorang tukang pijat?
Fisioterapi atau physical therapist berasal dari dua kata, yaitu physic
(fisik) dan therapy. Fisik adalah tubuh, sementara therapy adalah
terapi atau perawatan. Kalau dijadikan satu, artinya perawatan tubuh
atau fisik.
Di Indonesia, physiotherapist bisa dikatakan satu
profesi baru. Tapi, di negara-negara barat, pekerjaan ini sudah jadi
bagian dari keseharian masyarakat. Profesi ini bekerja secara independen
di samping dokter, spesialis, dan paramedik yang lain, untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jadi, ia tak melulu mengurusi
pasien dari bidang olahraga.
Sebagaimana dokter spesialis,
setelah mendapat gelar BA (Bachelor of Arts) seorang fisioterapis pun
menempuh jalur khusus lagi. Ada yang menjadi fisioterapis anak,
fisioterapis olahraga, manual fisioterapis, fisioterapis syaraf,
fisioterapis untuk RS, atau spesialisasi-spesialisasi lainnya. Nah, yang
saya lakukan adalah fisioterapi olahraga.
Pekerjaan utama dari
fisioterapis olahraga sendiri bermacam-macam. Mulai dari membuat
program-program latihan untuk atlet yang cedera, membuat penilaian
terhadap cedera-cedera yang terjadi, membuat program latihan spesifik
yang sesuai dengan jenis olahraga, atau memberi nasehat mengenai makanan
yang konsumsi.
Lebih spesifiknya lagi, dalam sebuah tim
olahraga, seorang fisioterapis akan memberi masukan kepada pelatih
mengenai situasi dan kondisi dari seorang pemain. Apakah pemain
bersangkutan siap untuk bermain dalam sebuah pertandingan, apakah dia
fit, dan berapa menit kira-kira waktu bermainnya. Di dalam tim,
fisioterapis juga menyiapkan porsi latihan khusus dan terpisah untuk
pemain yang cedera.
Tapi, satu hal yang penting diingat: pijat/urut/massage bukan merupakan bagian, atau tugas, dari seorang fisioterapis.
Urut tentu saja sangat penting buat seorang atlet, karena otot yang
pegal dan capai harus dilemaskan lagi. Hanya saja, urut dilakukan
terhadap pemain yang sedang tidak cedera. Urut pun dilakukan oleh
seorang masseur yang juga memiliki sertifikat.
Apalagi,
melakukan pijat terhadap olahragawan berbeda dengan melakukan pijat
terhadap nonolahragawan. Perawatannya harus spesifik agar asam urat dan
kepegalannya cepat hilang.
Meski demikian, fisioterapis dikenal
sebagai tukang pijat bukannya tanpa alasan. Dulunya, sekitar 40 tahun
yang lalu, sebelum dunia medis berkembang seperti saat ini, massage
memang sempat dijadikan sebagai bentuk terapi. Hal ini berdasarkan fakta
bahwa otot yang tegang harus dilemaskan. Caranya ya melalui pijat tadi.
Namun, dunia pengetahuan dan ilmu medis tentu sudah berubah dari 40
tahun lalu. Di masa modern ini, dilihat berbagai hasil penelitian yang
ada, justru sudah diketahui bahwa massage dan cedera adalah bak kutub
utara dan selatan: tidak boleh disatukan. Malah, pijat pada bagian yang
cedera bisa memperlambat kesembuhan dan memperparah cedera. Hal ini lah
yang jadi prinsip dasar yang harus diketahui seorang fisioterapis ketika
menjalankan tugasnya.
Selain masalah pijat, prinsip lainnya
yang penting diingat dalam dunia fisioterapi adalah: jenis terapi
ditentukan oleh fisio-nya, dan bukan oleh pasien yang datang.
Memang, sering kali seorang pasien datang dan berkata, "Lututku sakit,
nih. Aku maunya dikasih ultra sound, atau massage dan listrik itu
lhoooo...."
NOOOOOOOO......
Jadi, tugas seorang
fisioterapis untuk mengkaji sebuah cedera, melakukan tes-tes yang ada,
dan menarik kesimpulan dari cedera yang dialami pemain. Barulah sebuah
program latihan disusun dan diberikan. Pijat dan massage tidak diberikan
karena itu merupakan tugas tukang pijat.
Sayang sekali, hal
ini belum dipahami oleh banyak orang. Bahkan, di era sepakbola modern
ini pernah terjadi peristiwa seorang tukang pijat mendapat promosi
menjadi fisioterapis. That's simply unacceptable!
Jangan salah,
saya senang bekerja sama dengan masseur. Mereka hebat dan menyenangkan.
Hanya saja, tugas dan fungsinya berbeda. Sebagai ilustrasi, saya juga
tak mencampuri urusan dokter dengan menyuntik seorang pasien. Walaupun
bisa menyuntik, itu bukan tugas saya.
Jadi, sebagai kesimpulan,
apakah fisioterapis itu? Fisioterapis adalah seseorang yang memberikan
program latihan kepada seorang yang cedera. Fisioterapis juga membantu
meningkatkan kualitas hidup seseorang, dengan membantu meningkatkan
performa fisiknya: dari cedera ke kondisi fisik yang bugar dan sehat
lagi.
* Penulis adalah Sport Physiotherapist yang bekerja sama
dengan Pandit Football Indonesia dalam pengembangan sport science di
Indonesia. Sering dipercaya sebagai fisioterapis tim nasional Indonesia.
Akun twitter: @MatiasIbo
Posted in Revolusi Bola
Posting Komentar