Kesibukan kita sehari-hari sebagai ayah yang mencari nafkah maupun menjadi ibu terkadang melupakan kebutuhan anak yang besar untuk perkembangan nanti. Sudahkan kita dongengi anak-anak kita dengan cerita sebelum tidur? Masih ingatkah kapan kita bercerita sebelum mereka mengatupkan mata untuk beristirahat di malam hari? Lupakah kita bahwa anak-anak juga butuh perhatian, tak hanya materi namun juga rohani mereka?
Bercerita, atau tepatnya mendongeng di malam hari sebelum anak-anak kita tidur sebenarnya sudah diajarkan oleh bapak ibu, kakek nenek, maupun buyut kita. Dengan dongeng, daya imaji anak kian terasah, daya khayal makin berkembang. Dengan dongeng, anak-anak kita punya bayangan mengelana. Dengan dongeng anakpun akan bertanya.
Memang, ini adalah pekerjaan sepele tapi sering kita lupakan. Kesibukan, rutinitas, pekerjaan sehari-hari seakan sudah menjadi dewa yang harus dinomorsatukan. Tidakah kita lupa bahwa anak-anak ini membutuhkan asupan, gizi, perhatian, dan vitamin yang bukan sekadar makanan dan minuman yang sehat. Bukan pula banyaknya mainan sebagai wujud perhatian kita sebagai orangtua. Bukan juga uang saku berlebih yang terkadang untuk membeli makanan dan minuman yang jahat dan tak bermanfaat.
Mendongeng, bercerita, atau berkisah, apapun namanya, menjadikan orangtua makin dekat dengan anak-anaknya. Komunikasi pun kian berkembang. Ada tanya jawab sebagai perwujudan keingintahuan mereka.Sebuah kedekatan dan harmoni dalam keluarga akan terbangun dari sini.
Mulailah dengan cerita-cerita yang mudah diingat. Mulailah dengan cerita yang Anda kenal. Toh, ini adalah proses. Proses untuk terus-menerus memberikan virus keingintahuan, pengetahuan, dan wawasan. Janganlah merasa bosan dengan apa yang Anda lakukan.
Tiga menit, lima, sepuluh menit, sudah cukup untuk memberikan mereka cerita yang bermanfaat untuk bekal dunianya kelak. Singkirkan barang-barang pribadi sebentar, seperti Blackberry, ponsel, laptop, tablet, televisi, milik Anda. Gantilah dengan waktu untuk bercerita kepada anak-anak Anda. Jadikan mereka sebagai anak-anak yang kaya dengan falsafah dan bekal kehidupan nanti. Jika tidak, kelak Anda pasti menyesal dan waktu tak akan berputar kembali.(*)
Secuil renungan dari jantung Kota Jakarta jelang kumandang adzan Isya
Posting Komentar